Hello, I’m Leni

A self proclaimed writer-foodie-traveler. Here I write my hiking stories, travelling notes, some of cooking-culinary experiences, and parenthood matters since I’m a new mom of a daughter.

  • Old Enough! (2022) Season 1 : It takes a Village to Raise a Kid

    Memasuki masa di mana saya tak lagi serajin dulu dalam perihal membaca buku, saya mensiasati momen belajar dari konten-konten digital. Ya podcast, ya video, karena semuanya bisa disambi ngerjain hal lain. Selain orangnya mageran juga sih, wkwk. Lalu di saat saya nemu variety show Jepang yang judulnya Old Enough!, wow ku terkesima. Bahasan tentang anak, di Jepang pula yang terkenal kemandirian anak-anaknya terutama dari tokoh Totto-chan, akhirnya saya tonton 20 episode season 1 yang meskipun anggapan awalnya ku meremehkan : ah varshow anak-anak palingan ga rumit konfliknya. Tapi ku ternyata salaaahhh. Justru dari kesederhanaan keseharian anak-anak, kita bisa banyak merenungi banyak hal.

    (more…)

  • ,

    Menulis : Bom Waktu yang Gak Bom-bom Amat

    Tahun 2023 memasuki bulan keduanya, alias bulan Februari. Bulan di mana setahun lalu saya dan suami bersama-sama mengarungi babak baru dalam kehidupan berupa peralihan menjadi orangtua. Sebagaimana dikatakan orang-orang, jadi orangtua memang gak ada manual book-nya. Belajarnya nyomot sana-sini. Ga melulu terfokus belajar yang khusyuk, kadang memutar kembali kejadian demi kejadian yang telah terjadi lalu menjadikannya bahan evaluasi ternyata bisa jadi pelajaran yang paling gampang diingat.

    Sebelum jadi ibu, saya belum ngerti gimana struggle-nya a-z mulai dari hamil, melahirkan hingga fafifuwaswewos parenting. Seringkali saya baca postingan orang tuh ya cuma sekilas baca aja, belum relate. Sampe akhirnya di momen ngerasain gimana lika-likunya jadi orangtua baru, barulah bummmmmmmm. Saya kerapkali baca-baca ulang postingan orang tentang parenting, baru kerasa nyess di dada : Yaampun, sekarang gua paham di titik ini. 😢

    (more…)

  • ,

    Teruntuk Para Pendamping

    Dulu-dulu saking jauhnya akses di Indonesia terhadap pelayanan kesehatan yang murah dan merata, saya jadi asing tentang seluk-beluk penyakit dan semacamnya. Dulu jangankan mau ngurus perawatan ini-itu, mau berobat aja udah bingung mikirin biayanya bakal mahal apa engga? Bisa bayarnya sampe sembuh apa engga? Dan berbagai kekhawatiran lainnya.

    Hingga adanya BPJS Kesehatan, tingkat kepedulian kesehatan saya mulai tinggi. Kalau ada keluhan kesehatan, saya telaten untuk urus-urus rujukan dari faskes pertama hingga tempat rujukan seterusnya. Perlahan, saya mulai familiar tentang lika-liku perawatan kesehatan. Tapi satu yang masih sering terlupa : selain ada pasien / orang yang sakit, juga ada orang-orang yang mendampingi orang yang sakit. Biasanya bisa disebut caregiver, meski kalau saya googling maknanya tuh lebih spesifik lagi. Tapi terkadang pihak keluarga yang mendampingi proses penyembuhan juga sering disebut caregiver.

    (more…)

  • ,

    While Others Not

    Hidup yang menuntut untuk serba cepat, serba kuat, serba tegar, terkadang membuat saya lupa untuk sesekali menghela napas, berhenti sejenak, atau bahkan menangis untuk sekadar meringankan beban yang terasa menggelayuti sekujur badan.

    Terlebih lagi sejak menjadi seorang ibu, saya merasa semua serba dituntut untuk cepat beradaptasi. Apalagi dengan situasi sosial yang kerapkali membandingkan satu anak dengan yang lainnya, seakan hidup adalah kompetisi yang terus-menerus berlangsung. Hingga terkadang saya lupa, tak semua manusia seragam. Ada kurang dan lebihnya masing-masing.

    Di bulan kedua saat kontrol bayi lalu dokter menduga suspect tertentu, rasanya jantung tak henti-hentinya dipacu, otak terus-menerus disambangi kegelisahan dan kekhawatiran. Setiap kali melihat tumbuh kembang bayi lainnya yang begitu sempurna, desir iri dan minder terus saja menyambangi hati.

    (more…)

  • Tempat Paling Nyaman

    Setelah dilihat-lihat, ternyata sudah lebih dari setahun sejak postingan terakhir diupload di sini. Meskipun absen menulis, saya masih sangat rutin wara-wiri di wordpress ini. Baca-baca postingan milik teman-teman, iseng utak-atik layout gratisan terbaru, pokoknya di saat paling gabut di kantor pastilah saya mampir ke wordpress ini, heheu.

    Saya masih menyukai cara kerja kemisteriusan dalam penulis : kita seakan diajak menyelami rasa dan suasana yang dituliskan seseorang, sambil sesekali terhanyut, namun kita tak benar-benar tahu siapa penulisnya. Kenal hanya sebatas kata-kata, karena si penulis belum tentu memberikan semua informasi personalnya. Beda hal dengan sosial media lain yang bahkan bisa kebayang kebiasaan sehari-harinya di rumah, merunut siapa-siapa saja keluarganya, hingga menerka-nerka hal apa yang mungkin sedang dialaminya.

    Tapi kalau di blog tuh ga gitu.

    (more…)