Ngebolang di Ancolnya Jakarta


Jakarta, 2 Desember 2012

Ga lengkap rasanya kalau memulai cerita tanpa ada scene saya bangun kesiangan. *sigh Hari itu, saya bersama teman-teman “ngelingker” merencanakan rihlah ke Ancol. Sekalian restrukturisasi lah. Dan trade mark saya adalaah : bangun kesiangan -.- hyaah, apa daya, dasar saya makhluk nokturnal, jadi saya nyusul sendiri ke daerah Ancol. hiks

Rute dari daerah rumah ke Ancol, lumayan. Lumayan bikin gugup kalau janjian datengnya telat. Setelah transit sana-sini halte busway, akhirnya sampailah saya di halte ***** ( bukan sensor, tapi lupa ). Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan kembali menggunakan transjakarta bus. Tiba di halte Ancol, masuklah kami dengan membayar tiket masuk seharga Rp 15.000. Dengan langkah jumawa, kami segera mencari bus wara-wiri, sebuah bus yang disediakan pihak pengelola kawasan Ancol untuk berkeliling secara cuma-cuma. Interior dalamnya mirip dengan transjakarta bus, tapi agak kecil. Kami memutuskan untuk turun di tempat pemberhentian dekat pantai. Secara geografis, tempat yang dimaksud adalah di depan pantai dan tepat bersebelahan dengan wahana Hysteria Dufan. Kami melangkahkan kaki ke jembatan, untuk berfoto sejenak.

jembatan ancol

Di jembatan, yang menarik adalah banyak ikan di bawahnya *yaiyalah. Sepenglihatan saya, banyak ikan teri berseliweran. Mendadak, saya teringet pepes teri buatan mama -.- Dari jembatan ini, terlihat sebuah jembatan lain yang lebih panjang, yang menurut kami akan lebih bagus untuk dikunjungi karena menjangkau laut Ancol lebih jauh. Setelah puas berfoto di jembatan, kami lalu melangkahkan kaki ke tepian pantai untuk berpiknik. Bermodalkan tikar sewaan, sukseslah kami berpiknik. Ditambah es kelapa yang menyempurnakan suasana, makan siang kali itu terasa syahdu.

piknik ancol

Kenyang makan, kami memutuskan untuk menjajal sensasi berperahu . Cukup membayar Rp 5.000 per orang, resmilah kami menjadi penumpang perahu motor, berputar di sekitaran daerah pantai Ancol. Deburan ombak menemani kami dalam perjalanan singkat itu.

ancol2

Cobalah beramah-tamah dengan bapak pengendara perahu, niscaya dapat potongan harga O.o

Kami melanjutkan perjalanan menuju jembatan yang terpanjang yang kami lihat saat tiba tadi. Ternyata tempat yang dimaksud lumayan jauh. Namun itulah yang membuat perjalanan kami kali itu tidak mainstream. Ya, kami menemukan semacam markas tempat angkatan laut menyimpan motorboat latihnya.

motorboat

serasa lagi di film action, scene tempat sang jagoan menyimpan kendaraan rahasianya

Dan jalan terus, terus, melewati beberapa kantor penyedia paket liburan ke pulau seberang, kafe dan warung pinggir pantai, mengantarkan kami ke dermaga kecil tempat perahu bersandar.. Tak banyak orang berwisata ke sini, karena untuk mencapainya lumayan jauh. Tempat ini sangat cocok untuk berfoto, karena banyak perahu yang sedang bersandar. Dijamin ga nyesel deh, karena perahunya bagus-baguus >.< Hampir lupa ini lagi di Jakarta, karena suasananya khas kota-kota pinggir laut yang transportasi utamanya adalah perahu.

ancol jakarta

berasa lagi di Venesia 😀

ancol1

Di sini kami menghabiskan waktu cukup lama, karena banyak spot bagus untuk berfoto. Merasa tak cukup hanya berfoto di sekitaran dermaga, kami mencoba mencari jalan agar bisa beneran foto di salah satu perahu. Untunglah ada bapak-bapak baik hati suka menolong dan rajin menabung yang memperbolehkan kami berfoto di salah satu perahu yang bersandar.

perahu ancol

diizinin foto di sini, senangnya bukan main

Selanjutnya, langkah kaki membawa kami menuju jembatan terpanjang yang kami tuju daritadi. Ternyata tempat yang dimaksud adalah semacam dermaga sederhana yang difungsikan sebagai spot untuk memancing. Inilah tempat untuk menjangkau laut Ancol agak jauh.

dermaga terjauh

belakangnya orang mancing semua -.-‘

Perjalanan kali ini menyadarkan kami bahwa Jakarta masih memiliki tempat-tempat indah untuk dikunjungi, jika kita mau melangkahkan kaki lebih jauh dan mencoba untuk tidak mainstream.

6 responses to “Ngebolang di Ancolnya Jakarta”

  1. looh, ada ida… ini blog punya leni atau ida FIB?

    1. punya leni kak. lho, kakak kenal kak ida? kak ida mr saya kak,

      1. hihi, salamin ya leni… dunia memang sempit.. bilang aja salam dari fatimah FKM

      2. oalaah, ternyata kalian berteman toh 😀
        hihi, oke kaak (y)

  2. waahhhh …. maen di ancol nyeeeeeee

  3. Thanks for following my blog!

Leave a reply to Marilyn Albright Cancel reply